SEMARANG, - Anak-anak daerah, dengan berbagai keterbatasannya, secara ekonomi juga akses dan kesempatan terhadap pendidikan, juga punya hak untuk mengembangkan diri, setara dengan anak-anak perkotaan. Ketika memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, anak-anak daerah juga bisa berprestasi.
Untuk meraih kesetaraan, anak-anak daerah membutuhkan dukungan, terutama kesempatan untuk berkembang. Memeringati hari jadi ke-75, organisasi nirlaba internasional yang fokus pada anak, Plan, kembali menyuarakan hak anak ini.
Plan Indonesia yang hadir sejak 2 September 1969, juga turut ambil bagian dalam peringatan hari jadi ini. Di Semarang, Jawa Tengah, 19 anak usia 13 sampai 18 dari Rembang, Kebumen, Grobogan berkumpul untuk menyuarakan haknya.
Sponsored Children (SC), begitu Plan Indonesia menyebut anak-anak yang mendapatkan sponsor ini. Melalui Plan Indonesia, anak-anak ini berkegiatan di daerah masing-masing, mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai program edukatif.
Di Semarang, dari ribuan SC (anak-anak binaan Plan), 19 anak ini berkesempatan berbagi pengalaman dengan rekan seusianya. Tak hanya itu, mereka juga berkesempatan bertemu para "alumni" SC, yang sukses meretas jalan meraih cita-citanya, menjalani ragam profesi berkat kesempatan yang juga diberikan kepada mereka sebagai anak daerah.
"Kami berhasil menjaring 30 orang yang dulunya SC dan kini sukses dengan berbagai profesinya, di Indonesia. Dari 30 orang tersebut, delapan orang kami hadirkan untuk berbagi pengalaman di acara ini. Dan Plan Indonesia adalah yang pertama berhasil mempertemukan mantan SC ini di antara Plan di negara lainnya," tutur Isni Ahmad, Manajer Komunikasi Plan Indonesia, kepada Kompas Female di sela kegiatan Plan's 75 Anniversary SC & Former SC Gathering, di hotel Ibis, Semarang, Jumat (23/3/2012).
Menurut Isni, kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan cerita mengenai program pengembangan diri dan pemberdayaan anak-anak di daerah lebih dari sekadar motivasi.
"Anak-anak lebih dari sekadar mendapatkan motivasi melalui acara ini. Meski telah menjalani berbagai program, anak-anak ini masih bingung dengan masa depan mereka, karena mereka bukan berasal dari orang yang mampu," jelas Isni.
Satu per satu, delapan mantan SC dari berbagai profesi berbagi cerita dan pengalaman di daerah. Mereka ingin menunjukkan, bahwa dengan berbagai keterbatasan, anak-anak daerah juga bisa memiliki masa depan lebih baik.
Para mantan SC dari Jawa hingga Sulawesi tersebut kini berhasil menjalani profesi sebagai dokter, pengajar di akademi, pekerja media. Melalui mereka, Plan Indonesia ingin membuktikan meski lahir sebagai anak daerah, dengan orangtua bekerja sebagai petani, supir truk, dan berpenghasilan rendah darinya, setiap anak punya peluang yang sama untuk maju.
Plan Indonesia telah membuka jalan bagi anak-anak ini untuk berkembang. Namun, dibutuhkan lebih dari sekadar kesempatan dan motivasi untuk membantu anak-anak ini bersemangat menyongsong masa depan.
"Para mantan SC ini menceritakan pengalaman yang sama dan dirasakan oleh anak-anak ini, itulah sebabnya ajang berbagi ini penting untuk anak-anak," kata Isni.
Karena memiliki kesamaan kondisi dan pengalaman, Plan Indonesia percaya, dengan dukungan para mantan SC, anak-anak daerah memiliki visi lebih baik ke depannya melalui ajang berbagi ini.
Puluhan tahun membina anak-anak Indonesia, Plan Indonesia menghadirkan mereka yang kini terbukti sukses berkiprah di berbagai bidang. Mereka yang berhasil sekolah setinggi-tingginya dengan beasiswa, mereka yang tergerak untuk mengubah keadaan dari serba terbatas menjadi tanpa batas menambah pengetahuan dan keterampilan. Mereka adalah anak-anak daerah yang mendapatkan binaan dan terbukti mampu berprestasi.
Selain memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk anak daerah memberdayakan diri, melalui kegiatan ini anak-anak juga didorong untuk menyuarakan haknya. Fokus dan hak anak adalah belajar. Hak ini tak boleh diganggu gugat, dan wajib dimiliki anak-anak apa pun kondisinya. (sumber;kompas)
0 komentar:
Posting Komentar