JAKARTA;Sebagian usaha pemindangan ikan skala tradisional, saat ini menggunakan bahan baku impor karena kekurangan bahan baku.
Di sentra pemindangan ikan di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, misalnya, usaha pemindangan ikan rakyat mengandalkan pasokan bahan baku ikan salem (makarel) asal China.
Setiap kardus ikan salem impor dijual seharga Rp 105.000-Rp 110.000, berisi 130 ekor atau sekitar 10 kg. Setelah melalui proses pemindangan, harga ikan menjadi Rp 1.200 per ekor-Rp 1.500 per ekor. Hasil pemindangan dijual keliling perkampungan.
Juwariah, pemindang ikan di Desa Pesanggrahan, menuturkan, ia lebih memilih bahan baku seperti ikan layang dan tongkol dari pasokan lokal, karena mutunya lebih segar dan harga juga cenderung lebih murah. Harga bahan baku tongkol dan layang dalam setiap keranjang isi 30 kg ikan, berkisar Rp 180.000-Rp 250.000.
Maali, pengusaha pemindangan di Desa Purwawinangun, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, mengemukakan, masalah klasik usaha pemindangan adalah pasokan bahan baku yang tak menentu. Pada musim panen, bahan baku berlimpah dan tidak tertampung oleh usaha pengolahan, sebaliknya stok krisis pada saat paceklik.
Keberadaan gudang pendingin penyimpanan ikan yang diharapkan menjadi penampung ikan dan penstabil harga, belum banyak terbangun di sentra pengolahan ikan.
0 komentar:
Posting Komentar