JAKARTA, - Kepolisian Daerah Metro Jaya hingga kini masih belum menemukan benang merah antara kasus kejahatan yang dilakukan Musaev Samir (39) di Jakarta dengan kasus perdagangan manusia yang dilakukannya di Uzbekistan pada tahun 2004.
Namun, polisi tetap akan mengembangkan kasus Musaev terutama atas dugaan adanya penjualan perempuan Uzbek untuk dijadikan perempuan penghibur di klub-klub malam Jakarta.
Di Jakarta sendiri, Musaev ditetapkan sebagai tersangka kasus pemerasan dan penculikan terhadap disc jockey asal Ukraina, Nadiya Dobosh (20).
"Kami belum lihat adanya benang merah antara kasus Musaev di Uzbekistan terkait perdagangan manusia dengan kasus kemarin yang diungkap atas kasus penculikannya," ucap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, Kamis (14/6/2012), di Mapolda Metro Jaya.
Pihak kepolisian, lanjut Rikwanto, akan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk mengembangkan kasus itu. Pasalnya, Imigrasi yang mendata seluruh orang asing yang ada di Jakarta.
Di kepolisian, Direktorat Intelkam lah yang memiliki wewenang memberikan izin kepada orang asing. "Dari perizinan itu, kami akan melihat apakah mereka legal dan ilegal berkunjung atau bekerja di sini. Direktorat Intelkan dan Imigrasi yang akan usut apakah mereka masuk atas prakarsa Musaev atau bukan," tutur Rikwanto.
Jika ditemukan ada kaitannya dengan sindikat Musaev, maka polisi akan mengembangkannya lebih jauh. "Kalau ternyata tidak ada hubungannya dan ilegal, mereka bisa saja dideportasi ke negara asalnya," pungkas Rikwanto.
Musaev merupakan buronan Interpol yang sudah masuk dalam daftar red notice sejak tanggal 21 Agustus 2009. Pelarian Musaev akhirnya terhenti di Indonesia. Pria berkepala plontos ini ditangkap Polda Metro Jaya pada Senin (11/6/2012) dini hari.
Ia ditangkap karena menjadi otak penculikan, pemerasan, dan penganiayaan terhadap Nadiya Dobosh (20), warga negara Ukraina yang merupakan mantan pacarnya dan Anna Iasyreva.
Polisi kemudian mengetahui bahwa Musaev juga buronan Interpol dan sudah masuk daftar red notice sejak bulan Agustus 2009. Musaev menjadi incaran kepolisian Uzbekistan atas kasus perdagangan manusia dan pemalsuan dokumen imigrasi pada tahun 2004.
Latar belakang Musaev terbilang misterius. Selama diperiksa, Musaev terus menutup diri soal asal-usulnya. Mantan pacarnya pun hanya mengetahui Musaev bekerja di Indonesia, namun tak tahu nama perusahaannya atau bekerja di bidang apa.
Kendati mengaku sebagai pengangguran, harta Musaev melimpah. Polisi menyita sejumlah barang mewah Musaev seperti mobil Range Rover, jam tangan Rolex, BlackBerry Porsche bernilai Rp 17 juta, serta buku tabungan dengan catatan transaksi fantastis. Di dalam rekeningnya terdapat saldo yang mencapai Rp 1 miliar. Polisi juga menemukan ada bukti setoran tunai senilai Rp 500 juta dan Rp 700 juta. (KOMPAS.com)
0 komentar:
Posting Komentar