Kamis, 14 Juni 2012

Komunikasi Lebih Efektif dengan "Sentuhan Pribadi"

Siapa pun akan bersentuhan dengan komunikasi, apa pun pekerjaan atau profesinya. Setiap individu juga memiliki karakter dan kepribadian yang unik. Komunikasi dan kepribadian saling membutuhkan. Individu yang jago berkomunikasi, tapi tak memiliki kepribadian yang menyenangkan, atau tak mau memelajari ragam kepribadian orang lain, cenderung fokus hanya pada dirinya. Pesan yang disampaikannya berhenti pada dirinya sendiri, lantaran orang lain tak mau peduli. Pasalnya, ia tak memiliki kepribadian menarik, yang membuat orang lain merasa enggan atau sungkan mendengarkan pesan penting yang dibawanya.

Presenter, penulis buku, dan pemilik sekolah Public Speaking Talk-Inc, Erwin Parengkuan tertarik membahas persoalan komunikasi dan kepribadian ini. Dalam bukunya berjudul Click!, Erwin menuangkan pemikirannya, sekaligus membuka mata bahwa komunikasi tak lengkap tanpa kepribadian, begitu pun sebaliknya.

"Dunia karier maupun bisnis membutuhkan komunikator andal yang mampu menyampaikan gagasan dan informasi secara lebih efektif. Faktanya, hampir semua bidang pekerjaan membutuhkan seorang komunikator. Komunikasi tidak bisa dilihat sebagai seni menyampaikan pesan saja. Komunikasi juga merupakan seni tentang kepribadian karena komunikasi adalah keterampilan yang berhubungan dengan orang. Ketika kita berbicara mengenai orang, maka hal tersebut dengan sendirinya berkaitan dengan kepribadian. Kepribadian dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya bahkan mustahil dipisahkan," papar Erwin yang menulis buku Click! (komunikasi dan kepribadian) dari pengalamannya melakoni profesi presenter, fasilitator, dan pengajar.

Menurut Erwin, bila ingin berkomunikasi efektif dengan lawan bicara, mau tidak mau harus melibatkan sudut pandang kepribadian. Karena baginya, kepribadian memengaruhi pola pikir dan gaya komunikasi seseorang. Efektivitas komunikasi juga bergantung kepada kemampuan komunikator memahami kepribadian lawan bicara.

"Sehebat apa pun cara bicara kita, bila lawan bicara menganggap kepribadian kita kurang menarik, maka pesan kita akan cenderung diabaikan olehnya," jelas Erwin.

Sebagai praktisi, Erwin mendapatkan fakta bahwa komunikasi seringkali gagal bukan karena idenya tidak cemerlang atau cara penyampaiannya  tidak bagus. Komunikasi gagal, lanjutnya, karena lawan bicara "menolak" untuk menerima gagasan yang diberikan.

Sebagai contoh, ketika ada komunikator yang kepribadiannya tidak disukai (misalnya, sering menentang pendapat atau terlalu agresif), si lawan bicara cenderung menolak pesan yang disampaikannya. Meskipun informasinya bermanfaat atau gagasannya cemerlang, tetap saja informasi atau gagasan tersebut diabaikan karena kepribadian yang tidak disukai tersebut. Sebaliknya, meskipun gagasannya biasa-biasa saja, tetapi karena komunikator memiliki kepribadian menarik, maka si penerima pesan cenderung menerima gagasan tersebut.

"Orang yang senang bicara memiliki gaya komunikasi yang berbeda dibandingkan orang pendiam. Orang perfeksionis gaya komunikasinya berlainan dengan orang yang bergaya flamboyan," jelas Erwin memaparkan kaitan komunikasi dan kepribadian.

Orang yang bersikap "sok tahu" atau "sok pintar" biasanya sulit mendapatkan respons positif dari lawan bicara. Sementara seseorang yang rendah hati dan bersikap hangat terhadap lawan bicaranya, cenderung lebih disukai. Fakta seperti ini tentunya banyak ditemui sehari-hari. Anda tentu akan merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan orang lain, terutama mereka yang berstatus lebih tinggi dari Anda, memiliki kepribadian ramah dan menghargai Anda setulusnya.

Keberhasilan komunikasi tak hanya bergantung kepribadian komunikator. Pesan akan diterima maksimal hanya jika komunikator juga memelajari dan berusaha memahami kepribadian lawan bicaranya. Memahami kepribadian lawan bicara akan memudahkan komunikator menentukan cara berkomunikasi sesuai kepribadian tersebut.

"Seorang komunikator yang baik harus memahami kepribadian lawan bicara sebelum memulai sebuah proses komunikasi. Komunikasi akan efektif bila ada 'sentuhan pribadi' di dalamnya," tandas Erwin.                                                                                                                                                 (sumber;kompas)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons