Penduduk Provinsi DI Yogyakarta tercatat paling rendah dalam mengonsumsi ikan. Tingkat konsumsi ikan 9,74 kg per kapita per tahun, atau terendah di Indonesia.
Tahun 2010, secara nasional Indonesia memiliki tingkat konsumsi ikan 30,47 kg per kapita. Angka tersebut masih di bawah Malaysia yang 55,4 kg per kapita per tahun, serta Singapura yang 37,9 kg per kapita per tahun.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Victor Nikijuluw, di sela-sela "Festival Masak Ikan Lele", di Yogyakarta, Minggu (9/10/2011), mengemukakan, rendahnya konsumsi ikan membutuhkan perhatian segenap kalangan. Ikan memiliki kandungan gizi yang baik, seperti protein, asam lemak omega 3 dan 6, vitamin, dan berbagai mineral.
Victor mengemukakan, DI Yogyakarta memiliki potensi besar dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Selain berpotensi besar sebagai wilayah produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya, DIY juga memiliki peran melalui Universitas Gadjah Mada dalam pengembangan teknologi bidang kelautan dan perikanan. Salah satunya dengan pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN).
"Sistem logistik yang melibatkan komponen hardware (perangkat keras), software (perangkat lunak) dan brainware (SDM) sangat penting dalam menjawab persoalan di bidang ketersediaan, keterjangkauan dan kestabilan harga ikan," ujarnya, dalam festival yang digelar untuk memperingati HUT Harian Kedaulatan Rakyat.
Dalam acara itu, Indaryanti Haryati, anggota PKK Kecamatan BTP Bantul dinobatkan sebagai juara satu kategori umum dengan masakannya Clorot Jale. Masakan berbahan dasar lele dan jagung yang dibungkus klobot (daun jagung) ini berhasil mengalahkan berbagai variasi hidangan lainnya, seperti mangut, rendang, pepes, bhotok, sampai puding yang diolah dari ikan lele.
0 komentar:
Posting Komentar