Sabtu, 19 November 2011

Istana Berarsitektur" Islam" di India

Kami tiba Orchha di malam hari dalam guyuran hujan cukup lebat. Stasiun kecil di India ini pun tampak tidak ada fasilitas penerangan, semua terlihat gelap.
Hanya kantor kepala stasiun saja yang tampak terang dengan lentera. Kami tak dapat melihat situasi sekitar, beberapa orang calo taksi mulai membujuk kami menuju pintu keluar. Kami terburu-buru senang dengan harga taksi yang mereka tawarkan menuju pusat kota, hanya 10 rupee.
Tetapi ternyata taksi yang dimaksud bukan taksi pribadi pada umumnya. Kami harus berdesak-desakkan dengan 10 orang India lainnya dalam satu bajaj, 50 rupee harga untuk mencarter bajaj di sini. Kami pilih membayar 10 rupee, harga yang sebenarnya cuma 5 rupee khusus untuk warga lokal ini.
Kami jadi merasa benar-benar seperti dalam film-film India sesungguhnya. Pasalnya, selama perjalanan, bajaj ini dengan volume yang antusias memutar lagu-lagu Hindi remix hingga yang romantis. Dalam gelap kami puas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah para penumpang lainnya yang masih sempat berjoget ala India di tempat duduknya.
Jalan-jalan penuh kotoran sapi mulai membuat kami resah, tetapi untungnya jalan menuju Sri Mahant Guest House tidak jauh, hanya sekitar 500 meter. Tak jauh di depan penginapan tersebut kami singgah di warung makan untuk makan malam.
Coke ala India memang terlalu manis terasa di lidah dan terlalu mengandung banyak kafein. Terkadang kami membutuhkannya sebagai asupan energi untuk kuat berjalan. Hujan masih terus mengguyur bahkan makin deras,
Untungnya kamar hotel ini cukup layak untuk ditempati, lumayan bersih meski dengan kipas ala kadarnya. Cukup untuk membuat kami nyaman untuk menggapai matahari esok pagi.
Esoknya, genangan-genangan air bekas hujan semalam masih merendam sebagian jalan. Warung-warung di sepanjang market belum juga buka karena hujan masih rintik-rintik mengguyur wilayah ini.
Jam 10 pagi kami memaksakan diri keluar untuk melihat situasi sekitar. Tak lama langit pun mulai terang, kami segera memulai agenda kami di kota ini.
Menurut geografis, Orchha hanya sebagian wilayah distrik Tikamgarh kecil dari India bagian tengah Madya Pradesh. Tak jauh dari pusat kotanya terbentang Sungai Betwa.
Memang turis yang berkunjung ke distrik ini tak banyak. Tetapi wilayah ini cukup terkenal dengan peninggalan berupa situs bangunan sejarah dan istana pendahulunya.
Konon bagi para pecinta seni arsitektur dan pecinta fotografi, distrik ini terbilang cukup atraktif. Distrik ini unik karena aktor Dewa Ganesha berwarna merah menjadi simbol kota ini. Nama lain dari kota ini disebut juga Hidden Place, konon karena letaknya yang agak menjorok dari pusat kehidupan kota.
Nama Orchha sudah sejak dulu ada. Sejak masa kejayaan kerajaan Bundhela di tahun 16 masehi hingga 1738, Orchha ditunjuk sebagai ibu kota distrik.
Kami menyusuri sebuah jembatan granit yang masih utuh untuk menengok salah satu sejarah peninggalan Raja Jehangir, sebuah istana berarsitektur Islami yang masih utuh. Meski kondisinya tidak terlalu terawat, tetapi pesonanya masih menuai minat para wisatawan untuk meraba sejarah yang masih tersimpan di dalam areal.
Luasnya hampir menutupi distrik Orchha. Terdiri dari dari 7 monumen dan beberapa museum yang semuanya merupakan situs peninggalan dari Raja Bundhela hingga masa kejayaan Jehangir Empire.
Beberapa peninggalan lainnya pun masih kuat berdiri di area yang terpisah cukup berjarak. Chaturbhuj ala Orchha pun dapat pula menjadi background gambar yang diambil dari sela dinding Jehangir Mahal.
Kami harus berjalan sejauh hampir 5 kilometer untuk sampai di peninggalan Orchha lainnya, sebuah kuil yang tua dan tak berfungsi lagi, namum masih tampak indah dari kejauhan. Lakhsmi Narayan Temple namanya.
Kuil ini tinggal sisa-sisa ornamen lukisan yang konon didedikasikan untuk dewa Rama. Tetapi kondisinya kini hanya menjadi rumah bagi burung-burung liar yang hidup di habitat sekitar hutan distrik ini.
Sungai Betwa cukup deras airnya. Oleh karena itu, aktivitas rafting hingga trekking sekitar alam Orchha menjadi daya tarik lainnya untuk para wisatawan.
Chatriss atau makam beberapa pejabat tinggi Bundhela King juga terlihat mewah dengan tinggi bangunan yang menyerupai Istana. Hanya saja letaknya yang cukup menyusup ke belakang kawasan sungai.
Perjalanan singkat di Orchha kami sudahi menjelang sore, hujan lagi-lagi turun dengan derasnya, kami segera meniti jalan untuk kembali ke penginapan.
Market yang tadinya ramai dengan para pengamen suci tersebut terlihat lengang setelah kawasan ini diguyur hujan yang lumayan deras. Pedagang-pedagang sindur dan perhiasan warna-warni mulai menutup lapaknya. Beberapa warung jajanan juga mulai menyudahi aktivitasnya.
Kami berburu makanan iseng pinggiran jalan yang lumayan enak dan unik. Sebuah cabai hijau bulat-bulat digoreng dengan balutan adonan tepung terigu yang telah dibumbui. Kres-kres, tidak ada rasa pedas sedikitpun.
Lalu gorengan-gorengan mirip bakwan dan risol kami lahap puas ditemani hujan. Makan malam kami pun masih ditemani rintik hujan di sudut warung pertigaan jalan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons